Sabtu, 06 Desember 2014

SANG PEMBAWA PESAN


Di suatu wilayah ada tempat yang dilindungi oleh benteng dengan dinding yang sangat kokoh dan tinggi. Setiap yang melintasinya selalu merasa terheran-heran, penasaran dengan apa yang ada di balik benteng tersebut. Semuanya bertanya-tanya, tetapi tidak ada satupun yang berani memanjat dinding benteng yang sangat licin tersebut. Mereka hanya bisa mengira-ngira dan menyimpan rasa penasaran mereka.

Pada suatu saat, ada seseorang yang dengan berani mencoba untuk memanjat dindingnya, jatuh bangun... tapi dia terus mencoba, dan akhirnya dia berhasil mencapai puncak benteng tersebut. Dia memandang sejenak lalu tertawa terbahak-bahak melihat apa yang ada dibalik dinding benteng tersebut. Tanpa berkata sedikitpun ia melompat ke dalam dinding tersebut. Ia tak pernah kembali untuk menceritakan apa yang dia lihat dan alami di balik benteng tersebut. Apa yang membuat dia telihat begitu bahagia hingga tertawa terbahak-bahak, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya.

Melihat keberhasilan orang tersebut, ada orang lain yang mencoba lagi untuk memanjat dinding benteng itu. Setelah mencapai puncaknya, dia pun melakukan hal yang sama seperti pendahulunya. Tertawa terbahak-bahak lalu melompat ke dalam dinding benteng. Diapun tidak pernah kembali pulang untuk menceritakan apa yang dilihatnya.

Mulai banyak yang mencoba memanjat dinding tersebut dan melakukan hal yang sama, melompat ke balik benteng tanpa pernah kembali untuk bercerita. Hingga suatu ketika ada yang mencoba sekali lagi memanjat dinding tersebut, sampai puncak dia tertawa terbahak-bahak, tetapi dia tidak melompat ke dalam benteng. Tapi dia turun lagi untuk menceritakan kepada kita apa  yang dilihat di balik dinding benteng.

Orang-orang seperti inilah yang disebut dengan Bodhisattva, Awatara, Messiah, Nabi. Mereka melihat sesuatu yang indah, mereka bisa menyatu dengan keindahan itu. Tetapi mereka menundanya, menunda demi kita. Mereka turun kembali ke dunia untuk memberi kabar keindahan di balik dinding, untuk merayu kita, membujuk kita untuk memanjat dinding.

di kutip dari : Renungan Harian
penulis Anand Krishna

Setiap Agama selalu mempunyai cerita-cerita mengenai orang-orang seperti di atas, yang mengorbankan kepentingan dirinya sendiri untuk senantiasa membantu orang lain meskipun mereka bisa menyatu dengan keindahan, kebahagian yang kekal. Kita pun seharusnya bisa seperti itu, karena pada dasarnya kita ini adalah ciptaan Tuhan dengan kata lain anak-anak Tuhan. Sifat-sifat atau gen dari Pencipta kita diturunkan kepada kita. percikan yang sangat kecil dari Tuhan sudah di tanamkan kepada kita yang sering di sebut roh, jiwa, atman. 

0 komentar :

Posting Komentar

Text Widget

Copyright © S.O.B | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com